Jepara Pos – Tim SAR gabungan mengerahkan tiga helikopter untuk menyelamatkan 71 nelayan yang terjebak di bangunan bekas dermaga milik PT Sumber Baja Prima (SBP) di perairan Laut Tegalbuleud, Desa Buniasih, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Para nelayan terisolasi setelah jembatan yang menghubungkan dermaga ke daratan terputus akibat gelombang pasang yang terjadi sebelumnya.
“Untuk evakuasi lewat jalur udara, kami dibantu oleh dua helikopter dari Lanud Atang Sendjaja (ATS), sehingga total ada tiga helikopter yang dikerahkan. Satu helikopter milik Basarnas dan dua milik Lanud ATS,” ujar Desiana Kartika Bahari, Kepala Kantor SAR Jakarta, yang memimpin operasi penyelamatan pada Kamis.
Jenis helikopter yang digunakan dalam evakuasi ini adalah Dauphin AS-365 N3+ dengan call sign HR-3604, milik Basarnas. Helikopter SAR ini dilengkapi dengan teknologi canggih seperti flight management system (FMS), yang memungkinkan pilot untuk mengatur rencana penerbangan secara detail. FMS memfasilitasi pengaturan jalur penerbangan, kecepatan saat lepas landas, cruising, dan pendaratan, yang sangat berguna dalam situasi darurat seperti operasi penyelamatan ini.
Selain helikopter dari Basarnas, dua helikopter milik TNI AU, yaitu Caracal dan Super Puma, juga dikerahkan dari Lanud ATS. Kedua helikopter ini juga memiliki kemampuan khusus yang mendukung misi penyelamatan. Ketiga helikopter tersebut bekerja bergantian untuk mengevakuasi para nelayan yang kemudian dibawa ke Satuan Radar 216 Cibalimbing di Jalan Raya Surade-Ujunggenteng, Desa Pasiripis, Kecamatan Surade.
Setibanya di lokasi evakuasi, para nelayan disambut oleh tim medis dari TNI AU dan Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Sebagian besar nelayan yang terjebak di dermaga selama lebih dari sehari mengalami kelelahan akibat minimnya persediaan logistik seperti makanan dan air minum.
“Helikopter yang kami gunakan tidak hanya untuk evakuasi, tetapi juga untuk mengirimkan logistik berupa makanan dan minuman. Proses evakuasi memakan waktu cukup lama karena kondisi cuaca yang tidak stabil. Angin kencang membuat tim penyelamat harus ekstra hati-hati,” jelas Desiana.
Selain menggunakan jalur udara, tim SAR gabungan juga melakukan evakuasi melalui jalur laut. Beberapa kapal nelayan dikerahkan untuk membantu proses penyelamatan ketika kondisi gelombang laut memungkinkan. Proses evakuasi laut dilakukan ketika cuaca dan gelombang berada dalam kondisi normal, sehingga lebih aman untuk dilalui oleh kapal-kapal nelayan.
Operasi penyelamatan ini menjadi tantangan besar bagi tim SAR gabungan karena kondisi cuaca yang sering berubah-ubah dan medan yang sulit diakses. Namun, berkat kerja sama antara Basarnas, TNI AU, dan pihak terkait, evakuasi dapat dilakukan dengan baik dan para nelayan berhasil diselamatkan dengan selamat.