Jepara Pos – Korea Utara baru-baru ini mengonfirmasi bahwa mereka telah meledakkan beberapa jalan dan rel kereta yang mengarah ke Korea Selatan. Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), yang menyebutkan bahwa jalur transportasi ini “telah diblokir sepenuhnya melalui peledakan,” sebagai respons terhadap pernyataan dari militer Korea Selatan. Tindakan ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat antara kedua negara.
Sebelumnya, militer Pyongyang telah berkomitmen untuk menutup perbatasan selatannya secara permanen. Keputusan ini diambil setelah berbulan-bulan pemasangan ranjau dan pembangunan penghalang anti-tank, menyusul pernyataan pemimpin Kim Jong Un yang menyebut Korea Selatan sebagai “musuh utama” bagi negara mereka. Selain itu, Korea Utara juga menuduh Seoul menggunakan pesawat tanpa awak untuk menyebarkan selebaran propaganda yang menentang rezim di Ibu Kota Pyongyang, yang semakin memperburuk hubungan antara kedua negara.
Dalam upaya untuk merespons provokasi dari Seoul, Kim Jong Un mengadakan pertemuan keamanan untuk merumuskan rencana “tindakan militer segera.” Laporan dari media pemerintah pada hari Selasa (15/10) menyebutkan bahwa rencana ini diambil sebagai langkah tegas terhadap tindakan yang dianggap sebagai ancaman oleh Korea Utara. Mengenai peledakan jalan dan rel kereta, KCNA menegaskan bahwa “ini adalah tindakan yang tidak dapat dihindari dan sah,” yang menunjukkan sikap defensif Korea Utara.
Penting untuk dicatat bahwa ini adalah kali pertama Korea Utara secara resmi mengkategorikan Korea Selatan sebagai negara musuh dalam konstitusi mereka yang baru diperbarui. Hal ini menandakan eskalasi yang signifikan dalam retorika dan kebijakan Pyongyang terhadap Seoul. Meskipun infrastruktur transportasi yang menghubungkan kedua negara telah lama ditutup, penghancuran ini mengirimkan sinyal yang jelas bahwa Kim Jong Un tidak berniat untuk bernegosiasi dengan Korea Selatan.
Kantor Berita Pusat Korea melaporkan bahwa peledakan yang dilakukan menargetkan jalan dan rel kereta api sepanjang 60 meter di bagian timur dan barat perbatasan dengan Korea Selatan. Mereka menyatakan bahwa tindakan ini diambil “karena keadaan keamanan yang serius yang mengarah ke ambang perang yang tidak dapat diprediksi akibat provokasi politik dan militer yang serius dari pasukan musuh.”
Pada hari Selasa, 15 Oktober, militer Korea Selatan merilis video yang menunjukkan tentara Korea Utara berseragam militer menjelang ledakan besar, yang menghasilkan asap tebal saat meledakkan ruas jalan yang dikenal dengan nama jalan Gyeongui. Dalam rekaman lain yang diambil setelah ledakan, terlihat ekskavator sedang menggali dan tentara bekerja di lokasi saat truk besar tiba untuk membersihkan reruntuhan.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengecam tindakan Korea Utara sebagai provokasi yang “sangat tidak normal.” Mereka menambahkan bahwa Seoul telah mengeluarkan biaya jutaan dolar untuk membangun infrastruktur yang terdampak oleh tindakan ini. “Korea Utara masih memiliki kewajiban pembayaran terkait pendanaan ini,” tegas kementerian tersebut, menandakan bahwa situasi ini telah menciptakan masalah finansial dan logistik yang lebih kompleks.
Kejadian ini menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat antara kedua negara, yang telah lama terlibat dalam konflik. Provokasi semacam ini tidak hanya berpotensi memperburuk situasi yang sudah tegang, tetapi juga menciptakan risiko yang lebih besar bagi stabilitas regional. Dengan meningkatnya ketidakpastian dan ketegangan di kawasan tersebut, masyarakat internasional mengawasi dengan cermat perkembangan ini dan dampaknya terhadap perdamaian di Semenanjung Korea.